MANAJEMEN KELAS DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Nama: Arief Hidayat
Nim:11901064
Kelas: PAI H4
MK: Magang 1 (pertemuan ke-3)
Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah ketentuan dan prosedur yang diperlukan guna menciptakan dan memelihara lingkungan tempat terjadi kegiatan belajar dan mengajar. Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta usaha dalam meminimalkan gangguan (Hasri, 2009:41).
Manajemen Kelas merupakan usaha guru untuk menata dan mengatur serta mengelola tata-laksana kelas diawali dari perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber belajar, pengaturan lingkungan kelas, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul di kelas yang kumudian semua itu dikembangkan di dalam kelas saat guru tersebut mengajar kepada peserta didik di dalam kelas.
Adapun tujuan dari manajemen kelas yakni
-Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar.
-Menghilangkan berbagai hambatan belajar yang dapat menghalangi terwujudnya kegiatan belajar.
-Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa di kelas.
-Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi dan budaya serta sifat individual.
Menurut sumber yang telah saya baca pada umumnya manajemen kelas memiliki enam prinsip yang terkandung di dalamnya sebagai upaya dalam meningkatkan efektifitas proses belajar serta mencapai proses belajar dalam bentuk interaksi dan komunikasi guru dan peserta didik menjadi nyaman. Adapun prinsip tersebut yakni sebagai berikut
Prinsip-Prinsip Manajemen kelas
Dalam manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai prasyarat menciptakan satu model pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Kesiapan belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada peserta didik maka akan bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut serta terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
3. Prinsip Perhatian
Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan yaitu berorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan dan mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam proses pembelajaran perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya.
4. Prinsip Persepsi
Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah (a) makin baik persepsi mengenai sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut. (b) dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena hal ini akan memberikan pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari (c) dalam pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat.
5. Prinsip Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran.
6. Prinsip Transfer
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat memengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari. Pengetahuan atau keterampilan yang diajarkan di sekolah selalu diasumsikan atau diharapkan dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan atau dalam pekerjaan yang akan dihadapi kelak
Belajar adalah suatu proses yang komplek dan terjadi pada setiap diri manusia sepanjang masa hidupnya. Proses belajar bisa itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta siapa saja akan belajar selagi ia masih hidup. Adapun secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap serta selalu ada usaha berupa latihan.
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru dan peserta di beberapa sekolah sebagai pusat pendidikan formal yang lebih dimaksudkan untuk mengarahkan atau membuat perubahan pada diri sendiri secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi pada diri peserta didik. Dalam interaksi belajar yang dilakukan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang antara lain terdiri atas: peserta didik, guru, kepala sekolah, materi pelajaran, sarana prasarana (perpustakaan), media pembelajaran, lingkungan dan beberapa fasilitas lain yang memenuhi dalam proses pembelajaran sehingga akan menunjang keefektifan proses pembelajaran yang bisa membantu dan mendukung untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien yang di lakukan guru dan murud dalam proses belajar mengajar.
Dalam pendidikan peran seorang guru sangat penting karena guru merupakan pilar pendidikan yang menentukan proses belajar mengajar di kelas. Baik buruknya pendidikan dipengaruhi bagaimana seorang guru bisa membuat suasan belajar menjadi nyaman dan mengaplikasikan sumbangsi dan keterampilannya ke dalam lembaga formal untuk mewujudkan kecerdasan bangsa dan cita-cita negara, sehingga antara
guru dan pendidikan merupakan perpaduan dalam komponen yang tidak bisa dipisahkan.
Seorang guru atau pendidik bekerja sesuai dengan kurikulum yang ada di sekolah yang telah dibuat dan diatur oleh pemerintah, baik pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh Karena itu, frekuensi pendidikan di dalam lembaga pendidikan diharapkan mampu menghasilkan anak didik yang bisa menyelesaikan pendidikannya sesuai target yang telah ditentukan, dengan mengacu pada kurikulum yang dijadikan sebagai program pembelajaran. Jika interaksi antara kurikulum yang diajarkan oleh guru dengan kemampuan murid dalam memahani materi itu menjadi satu kesatuan yang utuh, maka target maksimal akan tercapai secara seimbang.
Dalam kenyataannya yang ada di lapangan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dewasa ini mutunya masih rentan karena belum mencapai target yang diinginkan secara memadai khususnya di sekolah umum. Selain realitas tersebut, ada asumsi bahwa “Dalam kehidupan sekolah sering kita lihat adanya para guru yang dapat dikatakan tidak berhasil dalam mengajar. Indikator dari ketidakberhasilan guru adalah prestasi siswa yang rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Kegagalan ini bukan hanya ketidakberhasilan guru dalam mengajarkan tugasnya yaitu menguasai materi bidang studi ketika penyampaian saja, akan tetapi ketidaktahuan guru dalam memenejemen kelas. Hal ini berakibat pada ketidakefektifan pembelajaran khususnya PAI Sehingga kualitas siswa menurun
Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran khususnya bidang studi PAI, ada hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru.
Guru hendaknya harus pandai dalam manajemen kelas agar dalam pembelajaran berjalan secara efektif dan optimal. Adapun ruang lingkup dari manajemen kelas terdiri atas kegiatan akademik berupa perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, serta kegiatan administratif yang mencakup kegiatan prosedural dan organisasional seperti, penataan ruangan, pengelompokan siswa dalam pembagian tugas, penegakan disiplin kelas, pengadaan tes, pengorganisasian kelas, pencatatan kelas dan pelaporan.
Dengan manajemen kelas ini maka siswa akan termotivasi dalam pembelajaran terutama pada manajemen suasana kelas yang pada khususnya merupakan modal penting bagi jernihnya pikiran dalam mengikuti pelajaran, sehingga anak akan merasa nyaman dan antusias. Dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kondusif dan suasana yang cenderung rekreatif, maka akan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya.
Tingkah laku sebagai proses dari hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Adapun faktor internal adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa, yaitu minat dan perhatiannya, kebiasaan usaha dan motivasi serta beberapa faktor lainnya. Sedangkan faktor eksternal dalam pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dan semua itu tersusun dalam lembaga-lembaga pendikan. Semua itu sangat mempengaruhi pembelajaran terutama di lingkungan sekolah yaitu tentang manajemen kelas yang akan berpengaruh pada proses pembelajaran siswa dalam meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar yang lebih optimal. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan.
Berbagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia dewasa ini juga terus berlangsung. Adapun salah satu upaya yang diprioritaskan untuk mencapainya adalah peningkatan mutu pendidikan. Untuk peningkatan mutu pendidikan ini seluruh komponen pendidikan juga perlu ditingkatkan.
Selain itu juga dengan adanya otonomi daerah maka muncul sebuah keputusan baru dalam sektor pendidikan terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah yaitu
Manajemen Berbasis Sekolah. Dalam mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, para guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas dengan tepat agar pembelajaran berlangsung secara maksimal, efisien dan efektif. Karena kelas merupakan media pertemuan segala komponen pendidikan serta ujung tombak dan juga basis pendidikan.Kehidupan dan peradaban manusia di awal millennium ketiga ini telah banyak mengalami perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan pendidikan diberbagai bidang ilmu. Namun bersamaan dengan itu muncullah krisis multi dimensi, krisis politik, ekonomi, sosial, hukum, golongan dan ras. Akibatnya peran serta efektifitas pendidikan Agama Islam di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat mulai dipertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan jauh lebih baik.Salah satu usaha yang dapat dijadikan sebagai solusi dalam masalah pembelajaran adalahpengimplementasian manajemen kelas.
Dalam dunia pendidikan khususnya guru, manajemen kelas harus lah dapat difahami dan diingat oleh guru. Karena sejatinya dalam proses belajar mengajar di dalam kelas tentunya semua itu tidak akan berjalan dengan sempurna tanpa adanya perencanaan, pengaturan yang dibuat oleh guru sebelum mereka mengajar. Manajemen kelas semestinya dibuat dengan semaksimal mungkin agar terjadi suasan belajar yang nyaman dan tertata sehing interaksi murid dan gurunya berjalan dengan seksama yang menjadi suatu proses belajar yang utuh dan maksimal guna mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Komentar
Posting Komentar